The Globe and Mail dalam sebuah artikelnya menyarakankan untuk perempuan yang menikah menolak untuk mengubah nama mereka. Lazimnya, wanita yang menikah akan mengubah nama keluarga mereka dengan nama keluarga sang suami. Namun berdasarkan sebuah penelitian di Belanda mereka yang mengubah nama belakang mereka dengan nama sang suami di anggap lebih emosional, kurang cerdas, kurang kompeten dan kurang ambisius sehingga akan mempengaruhi karir mereka.
Namun Marry Kassian, penulis buku “Girls Gone Wise” tidak setuju dengan pendapat ini. Hal yang terpenting yang dia garis bawahi dari penelitian ini bahwa mereka yang berpartisipasi dalam riset ini adalah mahasiswa yang belum menikah. Pertama para mahasiswa belum memiliki karis yang jelas, sehingga hal ini masih berupa asumsi.
Akhirnya Marry memberikan beberapa alasan mengapa wanita perlu mengubah nama mereka sesuai dengan nama sang suami.
Sekalipun mengubah nama belakang seorang wanita yang telah menikah adalah bagian dari kebudayaan, namun hal itu tidak bisa dipisahkan dari ideology. Kebudayaan dibangun dari sistem kepercayaan. Jadi kini, jangan ragu lagi untuk mengatakan “saya bersedia” untuk nama suami Anda.
Sumber : Cross Walk